Langsung ke konten utama

Kisah Nabi Ya'qub As

Nabi Ya’qub adalah putranya Nabi Ishaq. Dia dilahirkan di Palestina. Tapi kemudian dia pergi meninggalkan kampung halamannya menuju Irak. Nabi Ya’qub adalah orang yang sangat sabar, patuh kepada kedua orangtuanya dan taat beribadah. Karena itu, Nabi Ishaq sangat menyayanginya. Terutama ibunya Nabi Ishaq yang bernama Rifqah binti Azhar.

Nabi Ya’qub punya saudara kembar. Namanya Ishu. Meskipun Nabi Ya’qub adalah saudara kembar Ishu, tapi ibunya lebih mencintai Ya’qub. Konon, Nabi Ishaq pernah memerintahkan kepada istrinya agar mengajak Ya’qub dan Ishu untuk didoakan. Tapi yang diajak oleh ibunya hanya Ya’qub. Sejak itulah Ishu tidak senang kepada Ya’qub.

Setiap hari, Ishu selalu menunjukkan sikap tidak senangnya kepada Ya’qub. Karena itulah suatu hari Nabi Ishaq memanggil Ya’qub.

“Ya’qub! Ayah sangat sedih melihat kamu tidak akur dengan saudara kembarmu,” kata Nabi Ishaq dengan lemah lembut.

“Aku juga sedih, ayah. Tapi aku tidak tahu, bagaimana menghadapi Ishu,” jawab Ya’qub.

“Mungkin Ishu akan senang kalau aku pergi dari sini,” lanjut Ya’qub.

Nabi Ishaq diam memperhatikan putranya. Kemudian dia berkata, “Kau benar, Ya’qub. Kau sebaiknya pergi untuk sementara waktu. Pergilah ke Irak. Di sana kau punya seorang paman. Namanya Laban. Temui pamanmu itu,” kata Nabi Ishaq.

“Namun ingat, Ya’qub. Di sana, kamu harus menyebarkan ajaran-ajaran Allah.”

“Baik, ayah. Aku akan melakukan apa yang ayah perintahkan,” jawab Ya’qub.

Ilustrasi
Nabi Ya’qub akhirnya pergi meninggalkan Palestina menuju Irak. Dia patuh kepada perintah ayahnya. Di tengah perjalanan, Nabi Ya’qub merasa kelelahan. Akhirnya dia tertidur di bawah pohon yang rindang. Dalam tidurnya dia bermimpi bertemu orang-orang Irak. Dalam mimpinya, dia melihat orang-orang Irak semuanya merasa senang menyambut kehadiran Ya’qub.

Setelah cukup beristirahat, Nabi Ya’qub melanjutkan perjalanan hingga sampailah dia di Irak. Di sana Ya’qub bertanya rumah pamannya yang bernama Laban kepada orang yang dijumpai. Setelah ditunjukkan, Ya’qub akhirnya menuju rumah pamannya. Di sana dia terkejut karena melihat seorang perempuan. Ya’qub merasa takut.

“Kamu cari siapa?” tanya perempuan itu.

“Aku mencari rumah pamanku. Namanya Laban. Apakah ini benar rumahnya?” tanya Ya’qub sambil menundukkan wajah.

“Benar. Dia adalah ayahku. Silahkan masuk,” kata perempuan itu.

Setelah itu Nabi Ya’qub dipertemukan dengan pamannya. “Aku adalah Ya’qub, putra Ishaq bin Ibrahim,” kata Ya’qub setelah ditanya oleh Laban. Kemudian Laban memeluk Ya’qub.

“Alhamdulillah, aku sudah lama mengharap kedatangan Ishaq. Meski yang datang adalah putranya, aku sangat bahagia,” jawab Laban.

Setelah berbincang-bincang, akhirnya Ya’qub menyampaikan perintah ayahnya, Nabi Ishaq.

“Paman! Aku diperintahkan oleh ayahku untuk menyebarkan dakwah di sini. Selain itu, aku juga diperintahkan untuk meminta anakmu untuk menjadi istriku. Maaf kalau aku lancang, paman,” kata Ya’qub.

“Tidak bisa!” kata Laban. Nabi Ya’qub terkejut mendengar ucapan pamannya.
“Kamu boleh melamar anakku, tapi syaratnya kamu harus bekerja selama tujuh tahun mengurus ternakku.”

Nabi Ya’qub akhirnya setuju dengan syarat itu. Selama tujuh tahun Nabi Ya’qub mengurus ternak pamannya. Dia juga tidak lupa menjalankan perintah ayahnya, yakni beribadah dan menyebarkan ajaran agama Allah kepada penduduk di sekitarnya. Setelah tujuh tahun bekerja, akhirnya Nabi Ya’qub menikah dengan puteri pamannya yang bernama Layya, anak pertama Laban. Kemudian Ya’qub juga menikah dengan puteri kedua pamannya yang bernama Rahel. Nanti, Nabi Ya’qub melahirkan dua belas orang putra. Salah satunya adalah Nabi Yusuf. 

Sekarang mari kita buka dan baca Alquran surat Al-Baqarah ayat 133. Di sana Allah Swt. berfirman, “Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya’qub? Ketika dia berkata kepada anak-anaknya, ‘Apa yang kamu sembah setelah aku meninggal?’ Mereka menjawab, ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishaq.”

Adik-adik. Dari kisah Nabi Ya’qub ini, kalian bisa mengambil beberapa pelajaran:

Pertama, patuhlah kepada Allah dan kepada kedua orangtuamu. Lihat Nabi Ya’qub. Meskipun dia berat hati pergi meninggalkan kampung halamannya, tapi karena diperintah oleh ayahnya demi tujuan yang baik, Nabi Ya’qub tetap patuh.

Kedua, jangan pilih kasih kepada orang karena akan menyebabkan permusuhan. Seperti Ishu yang tidak senang kepada saudara kembarnya, Ya’qub. Ibu Nabi Ya’qub yang lebih memperhatikan Ya’qub membuat Ishu tidak senang. Semoga Allah mengampuni ibunda Nabi Ya’qub.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kota Suci Madinah Al-Munawarah

Selain Makkah, kota suci umat Islam selanjutnya ialah Madinah. Madinah disebut sebagai kota suci karena di Madinah terdapat Masjid Nabawi yang menjadi pusat kekuasaan umat Islam. Sebelum Islam datang, Kota Madinah bernama Yatsrib. Kota Yatsrib ini menjadi pusat perdagangan dan juga pertemuan berbagai agama. Perubahan nama Yatrsib menjadi Madinah dilakukan oleh Rasulullah Saw. setelah beliau hijrah dari Makkah ke Yatsrib.  Kota Madinah disebut Madinah Al-Munawarah yang artinya “Kota yang Bersinar,” karena kota ini adalah saksi sejarah terbentuknya Daulah Islamiyah pertama kali di muka bumi. Selain itu, kota Madinah ini memiliki masyarakat yang sangat menghargai perbedaan, mencintai perdamaian dan mengutamakan persaudaraan.  Jarak antara Makkah dan Madinah sekitar 425 kilometer. Madinah terletak di tengah-tengah tanah yang subur. Di sebelah Selatan terdapat Jabal ‘Eir dan Wadi ‘Aqiqsebelah serta di sebelah Barat Laut ada pemandangan dari Bukit Sila’. Jabal Uhud, Jabal Tsur d...

Peristiwa-Peristiwa Besar Menjelang Kelahiran Nabi Muhammad Saw

Nabi Muhammad Saw merupakan nabi sekaligus rasul terakhir. Ia mempunyai seorang ayah bernama Abdullah bin Abdul Muthalib dan Ibu bernama Aminah binti Wahb. Ketika Nabi lahir di Mekkah tahun 570 Masehi, ayah beliau sudah wafat. Jadi, ketika lahir, Nabi Muhammad Saw sebagai anak yatim.   Menjelang kelahiran Nabi Muhammad Saw, ada peristiwa-peristiwa besar terjadi. Apa saja peristiwa-peristiwa itu? Berikut kami jelaskan:   Serbuan Pasukan Gajah   Raja Abrahah yang non-muslim sangat kesal karena banyaknya orang yang datang berbondong-bondong mengunjungi Kakbah. Oleh karena itu, ia membangun gereja yang megah untuk menandingi Kakbah. Namun gereja yang dibangun tersebut diabaikan banyak orang. Raja Abrahah pun naik pitam sehingga memutuskan untuk menghancurkan Kakbah dengan balatentara gajah. Dalam perjalanan menuju Kakbah, pasukan gajah Raja Abrahah yang dipimpin oleh Panglima Abu Rughal diserang oleh banyak burung ababil dengan batu-batu panas. Akhirnya pasukan Raja Abraha...

Imam Syafi’i yang Tekun Belajar

Ilustrasi Imam Syafi’i merupakan salah satu ulama yang sangat cerdas. Berbagai kondisi yang berat tidak melemahkan semangatnya untuk menuntut ilmu. Ia sempat tidak mampu membeli kertas dan pena karena tidak punya uang. Padahal, ia hendak menulis banyak hadis. Akhirnya, ia pun memanfaatkan tulang binatang untuk tempat menulisnya. Beliau belajar kepada banyak guru, di antaranya adalah Imam Malik bin Anas di Madinah. Pada suatu hari, Imam Syafi’i yang masih muda bersama dengan pelajar lain sedang mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Imam Malik. Teman-teman Imam Syafi’i tampak tekun mencatat apa yang disampaikan oleh Imam Malik. Sementara itu, Imam Syafi’i terlihat hanya mempermainkan jarinya di atas telapak tangannya. Setelah selesai pelajaran, Imam Malik memanggil Imam Syafi’i, “Hai Syafi’i! Aku perhatikan, engkau tidak mencatat 18 hadis yang aku bacakan tadi. Padahal semua temanmu mencatatnya.” “Wahai guru yang aku hormati! Aku belum memiliki kertas dan pena. Jadi, semua ha...

Kisah Sunan Gunung Jati

Nama Sunan Gunung Jati adalah Syarif Hidayatullah. Ayahnya bernama Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda. Sejak kecil, Syarif Hidayatullah sudah belajar ilmu agama. Dia anak yang tekun, ramah dan peduli kepada orang lain. Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam di Cirebon, Pasundan dan Priangan. Sunan Gunung Jati meninggal pada tahun 1568 Masehi dan dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati. Ilustrasi Konon pada suatu malam, Sunan Gunung Jati ingin melaksanakan salat tahajjud di rumahnya. Namun, dia merasa kalau hatinya tidak bisa khusyuk. Padahal sebelumnya dia bisa melakukan salat tahajjud dengan sangat khusyuk. “Ada apa ini. Kenapa malam ini aku tidak bisa khusyuk?” tanya Sunan Gunung Jati dalam hati. Dicobanya lagi mengucap takbir, tapi lagi-lagi hatinya tidak bisa khusyuk. “Mungkin aku salat di masjid saja. Sebaiknya aku pergi ke masjid. Siapa tahu bisa khusyuk.” Kemudian, Sunan Gunung Jati pergi ke masjid. Sesampainya di masjid, hatinya masih juga belum khusyuk...

Nasihat Rasulullah untuk Memuliakan Anak Yatim

Anak yatim merupakan seorang anak, baik laki-laki maupun perempuan, yang tidak mempunyai seorang ayah karena telah meninggal atau ada hal lain. Sementara ia belum akil balig (belum dewasa) sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dari pengertian tersebut, kita bisa mengetahui betapa lemah dan tidak berdaya anak yatim. Sebab, ia tidak mempunyai seorang ayah yang menafkahi dan memberikan perlindungan bagi dirinya. Oleh karena itu, setiap orang yang mengasuh atau menanggung keperluan anak yatim akan menempati kedudukan yang tinggi di surga bersama Rasulullah Saw. Sebagaimana sabda beliau yang telah diriwayatkan oleh Bukhari, Abu Daud, dan Tirmidzi, “Aku dan orang-orang yang  menanggung anak yatim, di surga seperti ini (beliau mengisyaratkan kedua jari telunjuknya dan jari tengah sambil membuka keduanya).” Hadis di atas menjelaskan betapa mulianya seseorang yang telah menyantuni anak yatim. Makna menyantuni berarti mengurusi dan menyediakan keperluan hidup mereka...