Langsung ke konten utama

Kisah Nabi Ibrahim dan Raja Namrud

Nabi Ibrahim lahir di sebuah daerah bernama Faddam A’ram, Babylonia, Irak. Ayahnya bernama Azar. Dia masih termasuk keturunan Nabi Nuh. Ayah Nabi Ibrahim adalah tukang pembuat patung kerajaan. Waktu itu raja yang berkuasa bernama Namrud bin Kan’an.

Namrud adalah raja yang zalim. Dulu, raja Namrud suka membunuh setiap bayi laki-laki dan mengubur bayi perempuan hidup-hidup. Dia berbuat begitu karena mendengar ramalan bahwa kelak akan ada di antara rakyatnya yang akan melawan kekuasaannya.

Ketika Nabi Ibrahim lahir, ibunya khawatir bayinya akan dibunuh oleh tentara Namrud. Oleh sebab itu, Nabi Ibrahim dibawa ibunya ke sebuah gua di tengah hutan. Di dalam gua itulah, Nabi Ibrahim dibesarkan dengan perlindungan Allah Swt. Menjelang dewasa, Nabi Ibrahim sering merenung di depan gua tempatnya bersembunyi. Saat malam dia melihat bintang, bulan, dan matahari. Nabi Ibrahim berpikir bahwa itu adalah tuhannya.

“Bukan. Itu pasti bukan tuhanku. Tuhan tak mungkin lenyap. Tuhanku pasti adalah yang menciptakan bintang, bulan dan matahari itu.”

Ketika sudah besar, Nabi Ibrahim akhirnya kembali ke kampung halamannya. Dia terkejut karena melihat orang-orang banyak menyembah berhala.

“Kenapa mereka menyembah patung, yang tidak bisa mendengar dan berbicara,” kata Nabi Ibrahim dalam hati. Nabi Ibrahim terus berpikir bagaimana caranya agar orang-orang di sekitarnya berhenti menyembah patung dan berganti menyembah Allah, Dzat yang telah menciptakan manusia dan seluruh alam semesta.

Kemudian Ibrahim diangkat oleh Allah menjadi nabi. Beliau diperintahkan untuk mengingatkan kaumnya yang menyembah berhala itu. Dia juga mengingatkan ayahnya agar berhenti menyembah patung.

“Mengapa ayah menyembah patung yang tidak bisa mendengar dan berbicara. Sembahlah Allah, ayah. Dialah yang Maha Mendengar,” kata Nabi Ibrahim. Namun, ayahnya tidak mau mendengarkan nasehat putranya. Nabi Ibrahim tidak putus asa. Dia terus menasehati ayahnya sampai kemudian ayahnya marah.

“Jika kamu tidak suka, pergilah kamu dari sini wahai, Ibrahim,” kata ayahnya mengusir Nabi Ibrahim. Sebelum pergi Nabi Ibrahim tetap mendoakan ayahnya agar memperoleh petunjuk Allah Swt.

Setelah gagal menasehati ayahnya, Nabi Ibrahim pergi menemui kaumnya.

“Wahai, kaumku! Kenapa kalian semua menyembah batu. Padahal, mereka tidak bisa mendengar dan berbicara. Sembahlah Allah. Dialah yang telah menciptakan kita semua,” kata Nabi Ibrahim.

“Hei, Ibrahim! Yang kami sembah bukan batu. Dia adalah tuhan kami. Kami menyembahnya seperti nenek moyang kami dan juga nenek moyangmu,” jawab mereka.

“Sungguh kalian semua telah tersesat. Batu-batu yang kalian sembah itu tidak bisa berbuat apa-apa. Apa kalian tidak berpikir?” jawab Nabi Ibrahim.

“Ibrahim! Jaga bicaramu. Seandainya ayahmu bukan kepercayaan raja, kami pasti akan menghukummu.”

Meski sering ditolak oleh kaumnya, Nabi Ibrahim tidak putus asa. Setiap ada kesempatan, dia selalu menemui kaumnya dan mengajak mereka menyembah Allah. Tetapi, hanya sedikit saja yang mau mendengar dan ikut ajakan Nabi Ibrahim.

Suatu ketika, penduduk Babylon mengadakan upacara. Mereka pergi ke sebuah padang yang luas. Di sana mereka membangun kemah dan berpesta. Ketika warga sedang sepi, Nabi Ibrahim pergi ke tempat pemujaan berhala-berhala mereka. Di sana, Nabi Ibrahim menghancurkan semua patung-patung dan menyisakan satu patung yang paling besar. Kapak yang digunakan Nabi Ibrahim dikalungkan di leher patung yang besar itu. Ketika warga Babylon kembali, mereka terkejut melihat patung-patung yang mereka sembah hancur berantakan.

“Perbuatan siapa ini?” tanya mereka.

“Siapa lagi. Pasti perbuatan Ibrahim si anak Azar itu. Sebaiknya seret dia dan bawa ke hadapan raja.”

Nabi Ibrahim akhirnya dibawa menghadap raja.

“Benarkah kamu yang menghancurkan sesembahan kami, Ibrahim?” tanya raja Namrud dengan geram.

“Tanya saja pada patung yang paling besar itu. Bukankah dia mengalungkan kapak di lehernya?” jawab Nabi Ibrahim.

“Kamu kira kami gila, Ibrahim. Mana mungkin patung itu bisa berbicara pada kami?”

“Kalau tahu begitu, kenapa kalian masih menyembahnya. Sembahlah Allah. Dialah yang menghidupkan dan mematikan kita semua.”

“Aku juga bisa membuat orang hidup dan mati, wahai Ibrahim,” Namrud makin marah.

“Allah menerbitkan matahari dari timur. Sekarang coba kau buat matahari terbit dari barat,” tantang Nabi Ibrahim. Mendengar ucapan Nabi Ibrahim, raja Namrud jadi murka. Dia kemudian memerintahkan pengawalnya untuk menangkap dan menghukum Nabi Ibrahim.



Ilustrasi

“Tangkap dan bakar dia hidup-hidup,” kata raja Namrud. Nabi Ibrahimpun akhirnya ditangkap. Pada hari yang telah ditentukan, rakyat Babylon disuruh mengumpulkan kayu sebanyak-banyaknya. Nabi Ibrahim diikat pada sebilah kayu. Setelah semuanya siap, api kemudian dinyalakan dan Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api yang berkobar-kobar itu. Raja Namrud merasa senang dan mengira Nabi Ibrahim pasti hangus terbakar.

Tetapi Allah melindungi hamba-Nya yang saleh. “Wahai api! Jadilah dingin dan selamatkan Ibrahim,” firman Allah. Api itupun menjadi dingin sehingga Nabi Ibrahim tak terbakar sedikitpun. Setelah api padam, raja Namrud dan rakyat Babylon kaget melihat Nabi Ibrahim selamat. Sebagian mereka akhirnya percaya dan ikut Nabi Ibrahim, namun sebagian lainnya tetap ingkar seperti raja Namrud.

Setelah kejadian itu, Allah pun menimpakan siksa-Nya. Dia mengirimkan nyamuk yang sangat banyak. Orang yang terkena gigitan nyamuk itu langsung mati seketika. Raja Namrud yang bersembunyi pun tidak luput dari serangan nyamuk. Seekor nyamuk yang sangat kecil masuk lewat hidung raja Namrud dan kemudian menggerogoti otaknya hingga mati. Sedangkan Nabi Ibrahim dan kaumnya yang beriman selamat dari siksa itu.

Nah Adik-Adik, dari kisah di atas, kita bisa memetik pelajaran penting:

  • Sebagaimana Nabi Ibrahim, gunakanlah pikiran kita untuk selalu memikirkan ciptaan dan tanda-tanda keagungan Allah Swt.
  • Tegurlah orang yang salah sekalipun itu adalah orangtua atau keluarga dekat kita sendiri.
  • Hormatilah orangtua kita. Meskipun Nabi Ibrahim diusir oleh ayahnya, beliau tetap hormat dan mendoakan ayahnya.
  • Jangan takut dan jangan putus asa memperjuangkan yang benar. Sebab Allah Swt. akan selalu membela orang-orang yang benar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Kejujuran Seorang Pemuda Penggembala Kambing

Pada zaman dahulu, ketika Sayyidina Umar bin Khattab sedang mengadakan perjalanan dari Madinah ke Mekkah. Di tengah perjalanan ia melihat seorang pemuda yang sedang menggembala kambing dalam jumlah yang sangat banyak.   Khalifah Umar lalu mendekati pemuda itu dan mengutarakan niatnya untuk membeli seekor kambing.   “Wahai anak muda! Bolehkah aku membeli seekor kambing yang sedang engkau gembala?” tanya Sayyidina Umar.   “Saya ini hanya seorang budak, Tuan. Saya tidak memiliki kewenangan untuk menjual kambing ini. Semua kambing ini milik majikan saya,” jawab si penggembala dengan jujur.   “Meskipun kambing ini milik majikanmu, kalau saya beli satu pasti majikanmu tidak akan tahu. Nanti kamu ceritakan kepadanya bahwa kambing yang kamu gembala dimakan macan satu ekor,” ujar Sayyidina Umar menguji kejujuran pemuda itu.   Mendengar ajakan itu, pemuda itu memandang Sayyidina Umar sejenak. Si pemuda itu pun berkata, “Apa yang tuan katakan memang benar. Jika kambin...

Kisah Nabi Yusuf As

Nabi Yusuf adalah putranya Nabi Ya’qub. Dia merupakan putra ketujuh dari dua belas orang bersaudara. Ibunya bernama Rahil. Diantara saudara-saudaranya yang lain, Nabi Yusuflah yang paling tampan. Tidak hanya tampan, dia juga berbadan tegap, ramah dan hormat kepada kedua orangtuanya. Tanda-tanda kenabian Nabi Yusuf sudah terlihat sejak kecil. Suatu hari, Nabi Yusuf menemui Nabi Ya’qub. “Ayah! Semalam aku bermimpi melihat matahari, bulan dan sebelas bintang. Mereka turun dari atas langit dan kemudian sujud kepadaku,” kata Nabi Yusuf.   Mendengar perkataan anaknya, Nabi Ya’qub merasa sangat gembira. Wajahnya berseri-seri. Dia tahu bahwa itu adalah tanda-tanda bahwa Nabi Yusuf kelak akan memperoleh kemuliaan. “Nak! Kamu jangan ceritakan mimpimu pada saudaramu yang lain. Sebab kalau mereka tahu, mereka akan berbuat jahat kepadamu. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia,” kata Nabi Ya’qub. Setelah mengetahui bahwa Nabi Yusuf akan memperoleh kemuliaan dari Allah...

Kisah Sunan Giri dan Begawan Minto Semeru

Sunan Giri merupakan putra Maulana Ishak. Dia juga keponakan Maulana Malik Ibrahim. Nama kecil Sunan Giri adalah Raden Paku atau Muhammad Ainul Yaqin. Sunan Giri lahir di Blambangan (Banyuwangi) pada tahun 1442 Masehi. Sejak kecil Sunan Giri belajar kepada Sunan Ampel. Setelah menimba banyak ilmu, Sunan Giri ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam. Sunan Giri kemudian mendirikan pesantren di sebuah daerah perbukitan yang ada di desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit itu disebut ‘Giri’. Itulah sebabnya Raden Paku atau Muhammad Ainul Yaqin dijuluki Sunan Giri. Sunan Giri tidak hanya pandai. Tapi beliau juga memiliki karomah (kekuatan) yang diberikan langsung oleh Allah kepadanya. Konon, setelah mendirikan pesantren, nama Sunan Giri semakin terkenal. Nama Sunan Giri juga didengar oleh Begawan Minto Semeru yang mempunyai Padepokan. Di padepokan itulah Begawan Minto Semeru melatih murid-muridnya dengan ilmu kesaktian. “Aku tidak mau ada menyaingiku. Aku akan pergi m...

Kisah Sunan Bonang

Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel. Ia lahir di Bonang (Tuban) kira-kira pada tahun 1465 Masehi. Nama kecil Sunan Bonang adalah Raden Makdum atau Maulana Makdum.  Sejak kecil, Radem Makdum sudah rajin belajar ilmu agama kepada ayahnya. Dia juga disiplin. Raden Makdum pernah belajar di Aceh kepada ayah Sunan Giri. Ketika di Aceh, Raden Makdum berteman akrab dengan Sunan Giri. Setelah menimba ilmu, Raden Makdum diperintah oleh ayahnya (Sunan Ampel) untuk mengajarkan Islam kepada penduduk Tuban, Pati, Maduran dan Pulau Bawean. Raden Makdum disebut Sunan Bonang karena ketika mengajarkan Islam, dia menggunakan Bonang. Bonang itu adalah alat musik gamelan yang terbuat dari kuningan. Raden Makdum pandai memainkan alat music itu sehingga ketika dia memainkan alat music Bonangnya di masjid, orang-orang jadi tertarik untuk datang ke masjid dan belajar Islam kepadanya.  Bahkan Raden Makdum mampu mengalahkan para perampok dan penjahat hanya dengan memainkan alat musik Bonangnya...

Kisah Nabi Idris As

Nabi Idris dilahirkan di Kota Babylonia (Irak). Tapi, ada juga yang mengatakan kalau Nabi Idris lahir di Mesir. Ia merupakan keturunan keenam dari Nabi Adam. Ayahnya bernama Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy bin Syits bin Adam As. Ia diutus oleh Allah Swt. untuk berdakwah kepada kaum Bani Qabil dan Memphis.   Konon, nama kecil Nabi Idris adalah Khanukh. Karena sejak kecil senang belajar, ia kemudian diberi nama Idris. Sejak kecil, Nabi Idris menghabiskan banyak waktunya untuk membaca lembaran-lembaran mushaf yang ditinggalkan oleh moyangnya, yakni Nabi Adam dan Nabi Syits. Selain itu, ia juga mempelajari ilmu-ilmu lain seperti ilmu menulis (kaligrafi), ilmu perbintangan (astronomi), dan ilmu hitung (matematika).   Oleh karena itu, sejak kecil Nabi Idris sudah dikenal sebagai anak muda yang pandai dan cerdas. Selain itu, ia juga merupakan orang yang taat kepada Allah Swt. Ia percaya sepenuh hati bahwa Allah itu Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Nah, sekarang buka d...