Nabi Nuh adalah nabi ketiga yang wajib kita yakini setelah Nabi Adam dan Nabi Idris. Ayahnya bernama Lamik bin Metusyalih bin Idris. Konon, usia Nabi Nuh mencapai 950 tahun. Ketika Nabi Nuh diutus, kaumnya sudah banyak yang tersesat. Mereka tidak menyembah Allah, namun menyembah patung. Ada lima patung terkenal yang disembah oleh umat Nabi Nuh. Mereka memberinya nama Wadd, Suwa, Yaquts, Yatuq dan Nasr. Karena itu Allah mengutus Nabi Nuh agar mengajak kaumnya untuk kembali menyembah Allah.
Siang dan malam Nabi Nuh selalu mengajak kaumnya untuk berhenti menyembah berhala dan kembali menyembah Allah.
“Wahai, kaumku! Kenapa kau menyembah patung-patung itu? Bukankah mereka tidak bisa berbuat apa-apa?”
“Wahai Nuh! Kami hidup dan mendapatkan rezeki karena Wadd, Suwa, Yaquts, Yatuq dan Nasr,” begitulah bantah mereka.
“Kalian salah, wahai kaumku! Sesungguhnya Allahlah yang menciptakan manusia dan Dialah yang memberi rezeki. Allah yang menciptakan alam semesta ini. Sembahlah Dia.”
“Ahh, sudahlah. Kita jangan dengarkan Nuh. Dia sudah gila. Tinggalkan saja dia.”
Meski sering dihina dan dianggap gila, Nabi Nuh tidak peduli. Di mana saja berada, Nabi Nuh selalu mengingatkan kaumnya. Siang dan malam Nabi Nuh selalu menasehati mereka. Berpuluh-puluh tahun, bahkan beratus-ratus tahun Nabi Nuh mengajak kaumnya agar menyembah Allah.
Namun, hanya sedikit yang mau mendengar. Selebihnya malah menolak dan menghina Nabi Nuh.
“Wahai kaumku! Sesungguhnya aku sangat kasihan pada kalian. Berhentilah menyembah berhala dan sembahlah Allah.”
“Hei, Nuh! Kasihanilah dirimu sendiri serta orang-orang bodoh yang mengikutimu itu,” jawab mereka.
“Aku takut kalian akan ditimpa siksa Allah,” kata Nabi Nuh.
“Kami tidak takut. Kalau kamu benar seorang nabi, datangkan saja siksaan itu. Haha….”
Mereka menertawakan Nabi Nuh. Bahkan mereka selalu mengganggu Nabi Nuh dan pengikutnya. Setiap hari, mereka selalu mencaci dan menghina Nabi Nuh. Namun, Nabi Nuh menerima dengan sabar. Meski dihina, Nabi Nuh terus mengingatkan mereka. Beliau tidak putus asa.
Meski telah berdakwah selama 950 tahun lamanya, tapi hanya sedikit yang mau mengikuti Nabi Nuh. Suatu ketika, Nabi Nuh berdoa; “Ya Allah! Aku sudah berusaha mengingatkan mereka. Tapi hanya sedikit yang mau mendengarkanku. Mereka malah menghina dan mencaciku. Aku serahkan semuanya kepada-Mu ya Allah. Hukumlah mereka agar menjadi pelajaran bagi umat manusia,” demikian doa Nabi Nuh kepada Allah Swt.
Kemudian, Allah Swt. mengabulkan doa Nabi Nuh. Kemudian Allah Swt. memerintahkan agar Nabi Nuh membuat sebuah perahu yang besar. Setelah mendapatkan perintah itu, Nabi Nuh dan pengikutnya kemudian mulai membuat perahu di sebuah bukit yang tandus. Kaumnya yang ingkar semakin mencaci Nabi Nuh.
“Hei, Nuh! Apa kau sudah gila. Kenapa kamu buat perahu di atas bukit yang tandus ini?”
“Mungkin mau ditarik pakai kuda... hahaha.”
“Kalian boleh menghina kami,” jawab Nabi Nuh. “Tapi ingat, siksa Allah sebentar lagi pasti akan datang. Kelak, kami yang akan menghinamu.”
Setelah perahunya selesai dibuat, Allah memerintahkan agar Nabi Nuh dan pengikutnya, juga binatang yang berpasangan dimasukkan semuanya ke dalam perahu. Setelah itu, Allah mengirimkan banjir yang sangat besar. Mereka yang tidak mau mengikuti Nabi Nuh semuanya mati tenggelam. Termasuk anaknya Nabi Nuh yang bernama Kan’an.
Dari kisah Nabi Nuh ini, kalian bisa mendapatkan beberapa pelajaran:
Pertama, sebagai orang beriman kita tidak boleh menyekutukan Allah. Tidak boleh menganggap Allah itu sama dengan makhluk lainnya.
Kedua, berjuang itu tidak boleh putus asa. Seperti Nabi Nuh. Meski selama 950 tahun hanya sedikit yang mau ikut dengannya, tapi Nabi Nuh tidak putus asa. Sekalipun dia juga dihina, tapi dia menghadapinya dengan sabar.
Ketiga, orang yang benar-benar beriman kepada Allah serta menjalankan perintahnya pasti hidupnya akan diselamatkan. Baik di dunia maupun di akhirat. Seperti Nabi Nuh dan pengikutnya yang diselamatkan Allah dari banjir besar itu.
Siang dan malam Nabi Nuh selalu mengajak kaumnya untuk berhenti menyembah berhala dan kembali menyembah Allah.
“Wahai, kaumku! Kenapa kau menyembah patung-patung itu? Bukankah mereka tidak bisa berbuat apa-apa?”
“Wahai Nuh! Kami hidup dan mendapatkan rezeki karena Wadd, Suwa, Yaquts, Yatuq dan Nasr,” begitulah bantah mereka.
“Kalian salah, wahai kaumku! Sesungguhnya Allahlah yang menciptakan manusia dan Dialah yang memberi rezeki. Allah yang menciptakan alam semesta ini. Sembahlah Dia.”
“Ahh, sudahlah. Kita jangan dengarkan Nuh. Dia sudah gila. Tinggalkan saja dia.”
Meski sering dihina dan dianggap gila, Nabi Nuh tidak peduli. Di mana saja berada, Nabi Nuh selalu mengingatkan kaumnya. Siang dan malam Nabi Nuh selalu menasehati mereka. Berpuluh-puluh tahun, bahkan beratus-ratus tahun Nabi Nuh mengajak kaumnya agar menyembah Allah.
Namun, hanya sedikit yang mau mendengar. Selebihnya malah menolak dan menghina Nabi Nuh.
“Wahai kaumku! Sesungguhnya aku sangat kasihan pada kalian. Berhentilah menyembah berhala dan sembahlah Allah.”
“Hei, Nuh! Kasihanilah dirimu sendiri serta orang-orang bodoh yang mengikutimu itu,” jawab mereka.
“Aku takut kalian akan ditimpa siksa Allah,” kata Nabi Nuh.
“Kami tidak takut. Kalau kamu benar seorang nabi, datangkan saja siksaan itu. Haha….”
Mereka menertawakan Nabi Nuh. Bahkan mereka selalu mengganggu Nabi Nuh dan pengikutnya. Setiap hari, mereka selalu mencaci dan menghina Nabi Nuh. Namun, Nabi Nuh menerima dengan sabar. Meski dihina, Nabi Nuh terus mengingatkan mereka. Beliau tidak putus asa.
Meski telah berdakwah selama 950 tahun lamanya, tapi hanya sedikit yang mau mengikuti Nabi Nuh. Suatu ketika, Nabi Nuh berdoa; “Ya Allah! Aku sudah berusaha mengingatkan mereka. Tapi hanya sedikit yang mau mendengarkanku. Mereka malah menghina dan mencaciku. Aku serahkan semuanya kepada-Mu ya Allah. Hukumlah mereka agar menjadi pelajaran bagi umat manusia,” demikian doa Nabi Nuh kepada Allah Swt.
Kemudian, Allah Swt. mengabulkan doa Nabi Nuh. Kemudian Allah Swt. memerintahkan agar Nabi Nuh membuat sebuah perahu yang besar. Setelah mendapatkan perintah itu, Nabi Nuh dan pengikutnya kemudian mulai membuat perahu di sebuah bukit yang tandus. Kaumnya yang ingkar semakin mencaci Nabi Nuh.
“Hei, Nuh! Apa kau sudah gila. Kenapa kamu buat perahu di atas bukit yang tandus ini?”
“Mungkin mau ditarik pakai kuda... hahaha.”
“Kalian boleh menghina kami,” jawab Nabi Nuh. “Tapi ingat, siksa Allah sebentar lagi pasti akan datang. Kelak, kami yang akan menghinamu.”
Setelah perahunya selesai dibuat, Allah memerintahkan agar Nabi Nuh dan pengikutnya, juga binatang yang berpasangan dimasukkan semuanya ke dalam perahu. Setelah itu, Allah mengirimkan banjir yang sangat besar. Mereka yang tidak mau mengikuti Nabi Nuh semuanya mati tenggelam. Termasuk anaknya Nabi Nuh yang bernama Kan’an.
Dari kisah Nabi Nuh ini, kalian bisa mendapatkan beberapa pelajaran:
Pertama, sebagai orang beriman kita tidak boleh menyekutukan Allah. Tidak boleh menganggap Allah itu sama dengan makhluk lainnya.
Kedua, berjuang itu tidak boleh putus asa. Seperti Nabi Nuh. Meski selama 950 tahun hanya sedikit yang mau ikut dengannya, tapi Nabi Nuh tidak putus asa. Sekalipun dia juga dihina, tapi dia menghadapinya dengan sabar.
Ketiga, orang yang benar-benar beriman kepada Allah serta menjalankan perintahnya pasti hidupnya akan diselamatkan. Baik di dunia maupun di akhirat. Seperti Nabi Nuh dan pengikutnya yang diselamatkan Allah dari banjir besar itu.
![]() |
Ilustrasi |
Komentar
Posting Komentar