Pada zaman dulu, ada sebuah negeri bernama Semeulue. Negeri itu memiliki seorang raja yang kaya dan dermawan. Karena itu, raja pun disukai oleh rakyatnya. Akan tetapi, Raja itu belum mempunyai seorang anak meskipun sudah lama menikah. Padahal raja ingin sekali mempunyai seorang anak untuk mewarisi tahta kerajaan. Akhirnya, raja dan permaisuri pergi ke sebuah sungai yang airnya sangat. Di sana mereka berendam dan bernazar.
Sungai itu tempatnya sangat jauh dan sunyi. Mereka pun membawa bekal yang cukup untuk menyusuri jalan-jalan setapak dan mendaki gunung. Setelah sampai di sungai yang dituju, sang raja dan permaisuri segera berendam dan bernazar selama sehari-semalam. Kemudian, pulang ke istana kembali.
Sekian lama menunggu, kabar baik datang. Permaisuri telah mengandung. Sang raja pun sangat bahagianya. Sembilan bulan kemudian, permaisuri pun melahirkan seorang bayi laki-laki. Sang raja kemudian memberi nama Rohib. Raja pun kemudian menggelar acara syukuran atas kelahiran putranya. Rakyatnya pun diundang semua.
Raja dan permaisuri membesarkan dan mendidik Rohib dengan kasih sayang. Karena sangat menyayangi putra semata wayangnya, Rohib pun dimanjakan oleh kedua orangtuanya. Ketika Rohib semakin dewasa, sang raja pun menitipkan Rohib ke sebuah perguruan untuk belajar. Namun sayangnya, Rohib anak yang kurang pandai. Ia tidak mampu mempelajari apa yang disampaikan oleh gurunya.
Raja pun marah mendengarnya. Lantas ia berkata, "Hai, Rohib! Anak macam apa kamu ini. Sudah disekolahkan malah tidak belajar yang rajin. Pengawal gantung dia!"
Permaisuri yang mendengar perintah raja langsung bersujud dihadapannya dan memohon, "Ampun kanda, Rohib anak satu-satunya. Jangan bunuh dia kanda."
"Baiklah, aku tidak akan menghukum mati Rohib. Tapi dia harus diusir dari istana ini," perintah sang raja.
Permaisuri pun tidak dapat menghalangi perintah sang raja lagi. Ia merasa itu pilihan lebih baik dari pada membunuh anak satu-satunya. Tapi sebelum Rohib di usir, permaisuri meminta sang raja untuk memberi anaknya bekal berupa uang.
Usulan permaisuri diterima sang raja. Tapi ada satu syarat, uang itu harus digunakan untuk berdagang. Jika itu dilanggar Rohib pun akan digantung. Rohib pun bersedia dengan syarat itu. Kemudian, ia pun diusir dari istana.
Setelah keluar dari istana, Rohib pun mulai mengembara. Ketika ia berjumpa dengan anak-anak kampung yang sedang menembak burung dengan ketapel, Rohib mengatakan, "Wahai saudaraku! Mengapa kalian menganiaya burung yang tidak berdosa itu?"
"Siapa kamu berani-berani melarang kami?" tanya seorang anak kampung itu.
"Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Jika kalian mau berhenti menganiaya burung itu, akan aku beri uang kalian."
Anak-anak kampung itu pun berdiskusi dan akhirnya menyetujui tawaran Rohib.
Kemudian, Rohib pun memberikan uang kepada mereka. setelah itu, ia pun melanjutkan pengembaraannya. Setelah berjalan cukup jauh, Rohib kembali berjumpa dengan orang-orang yang sedang memukuli seekor ular. Karena tidak tega melihatnya, Rohib pun mempunyai ide yang sama dengan sebelumnya. Ia pun memberikan uang kepada orang-orang itu supaya berhenti memukulinya.
Ia pun kemudian melanjutkan perjalananya lagi. Dalam perjalanan itu, ia sadar bahwa uang perbekalan itu untuk modal berdagang. Namun, uangnya sudah habis ditengah perjalanan karena kasihan dengan binatang. Rohib pun bingung. Kalau ia kembali ke istana pasti mati. Kalau berjalan jauh, ia pun butuh perbekalan yang cukup. Akhirnya, ia memutuskan untu beristirahat di sebuah pohon besar.
Rohib pun menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba ada seekor ular yang menghampirinya. Rohib pun bertambah takut.
"Wahai anak muda! Jangan takut. Aku tidak akan memangsamu," kata seekor ular.
Ketakutan Rohib kini berubah menjadi rasa penasaran. Sebab, ada seekor ular yang bisa bicara dengannya.
"Hai ular! siapa kamu sebenarnya. Kenapa kamu bisa berbicara denganku?" tanya Rohib.
"Aku adalah raja ular di hutan ini. Kamu sendiri siapa? Mengapa kamu bersedih?"
Kemudian Rohib pun menceritakan siapa dirinya dan mengapa dia sampai bersedih. Mendengar cerita itu, raja ular pun mengatakan, "Rahib, kamu memang anak yang baik. Karena kamu telah berjasa melindungi teman-temanku di hutan ini, aku akan memberimu hadiah sebagai tanda terimakasihku."
Raja ular pun memberi Rohib sebuah hadiah ajaib bernama Mentiko Betuah. Hadiah itu dapat mengabulkan permintan Rohib.
"Hebat sekali hadiah ini. Kalau begitu, hadiah ini bisa meredam amarah ayahku," gumam Rohib dalam hati.
Dengan membawa hadiah ajaib itu, Rohib pun berani kembali ke istana menghadap sang ayah. Ketika dalam perjalanan pulang, Rohib pun berpikir untuk meminta uang yang banyak sebagai hasil dari perdagangnya. Ia pun mengucapkannya kepada Mentiko Betuah. Alhasil, Rohib pun mendapat uang yang banyak.
Ketika sampai di istana, Rohib pun langsung menuju sang ayah. Rohib pun bercerita mengenai perdagangannya yang sukses dan menghasilkan banyak uang. Ayahnya pun sangat gembira mendengar cerita itu. Ia pun terbebas dari hukuman gantung dari sang ayah.
Setelah itu, Rohib pun kembali ke kamar pribainya yang dulu. Ia berpikir bagaimana menyembunyikan Mentiko Betuah. Ia pun menemukan cara, yakni menjadikan mentiko betuah sebagai sebuah cincin. Ia pun segara pergi ke tukang emas. Sayangnya tukang emas itu menipunya dan membawa lari Mentiko Betuah.
Karena Rohib bersahabat dengan hewan-hewan, ia kemudian meminta bantuan kepada mereka untuk mencari Mentiko Betuah yang dibawa lari oleh tukang emas itu. Anjing, Kucing, dan Tikus bersedia menolong Rohib. Dengan cepat, mereka pun berhasil menemukan tukang emas itu yang sedang beristirahat di tepi sungai. Tapi, tukang emas itu menaruh Mentiko Betuah di dalam mulutnya.
Si Anjing, Kucing dan Tikus pun berpikir. Ketika tengah malam si tukang emas tidur, si tikus memasukkan ekornya ke dalam mulut tukang emas. Tukang emas itu pun bersin, sehinga Mentiko Betuah yang ada di mulutnya keluar. Si tikus pun segera mengambil hadiah ajaib itu tanpa sepengetahuan Anjing dan Kucing. Si Tikus mengatakan bahwa Mentiko Betuah telah terjatuh ke dalam sungai.
Pada saat si Anjing dan Kucing mencarinya, si Tikus dengan licik menghadap Rohib. Ia segera mengeluarkan Mentiko Betuah dari mulutnya. Si Anjing dan Kucing yang menghadap Rohib pun merasa bersalah karena tidak mampu menolongnya. Namun Rohib menceritakan bahwa si Tikus telah menemukannya. Si Kucing dan Anjing pun tahu bahwa Si Tikus sangat licik. Merekapun bermusuhan sampai saat ini.
Nah, adik-adik! Dari dongeng ini pelajaran apa yang kamu dapatkan?
KOMEN YA!
Sungai itu tempatnya sangat jauh dan sunyi. Mereka pun membawa bekal yang cukup untuk menyusuri jalan-jalan setapak dan mendaki gunung. Setelah sampai di sungai yang dituju, sang raja dan permaisuri segera berendam dan bernazar selama sehari-semalam. Kemudian, pulang ke istana kembali.
Sekian lama menunggu, kabar baik datang. Permaisuri telah mengandung. Sang raja pun sangat bahagianya. Sembilan bulan kemudian, permaisuri pun melahirkan seorang bayi laki-laki. Sang raja kemudian memberi nama Rohib. Raja pun kemudian menggelar acara syukuran atas kelahiran putranya. Rakyatnya pun diundang semua.
Raja dan permaisuri membesarkan dan mendidik Rohib dengan kasih sayang. Karena sangat menyayangi putra semata wayangnya, Rohib pun dimanjakan oleh kedua orangtuanya. Ketika Rohib semakin dewasa, sang raja pun menitipkan Rohib ke sebuah perguruan untuk belajar. Namun sayangnya, Rohib anak yang kurang pandai. Ia tidak mampu mempelajari apa yang disampaikan oleh gurunya.
Raja pun marah mendengarnya. Lantas ia berkata, "Hai, Rohib! Anak macam apa kamu ini. Sudah disekolahkan malah tidak belajar yang rajin. Pengawal gantung dia!"
Permaisuri yang mendengar perintah raja langsung bersujud dihadapannya dan memohon, "Ampun kanda, Rohib anak satu-satunya. Jangan bunuh dia kanda."
"Baiklah, aku tidak akan menghukum mati Rohib. Tapi dia harus diusir dari istana ini," perintah sang raja.
Permaisuri pun tidak dapat menghalangi perintah sang raja lagi. Ia merasa itu pilihan lebih baik dari pada membunuh anak satu-satunya. Tapi sebelum Rohib di usir, permaisuri meminta sang raja untuk memberi anaknya bekal berupa uang.
Usulan permaisuri diterima sang raja. Tapi ada satu syarat, uang itu harus digunakan untuk berdagang. Jika itu dilanggar Rohib pun akan digantung. Rohib pun bersedia dengan syarat itu. Kemudian, ia pun diusir dari istana.
Setelah keluar dari istana, Rohib pun mulai mengembara. Ketika ia berjumpa dengan anak-anak kampung yang sedang menembak burung dengan ketapel, Rohib mengatakan, "Wahai saudaraku! Mengapa kalian menganiaya burung yang tidak berdosa itu?"
"Siapa kamu berani-berani melarang kami?" tanya seorang anak kampung itu.
"Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Jika kalian mau berhenti menganiaya burung itu, akan aku beri uang kalian."
Anak-anak kampung itu pun berdiskusi dan akhirnya menyetujui tawaran Rohib.
Kemudian, Rohib pun memberikan uang kepada mereka. setelah itu, ia pun melanjutkan pengembaraannya. Setelah berjalan cukup jauh, Rohib kembali berjumpa dengan orang-orang yang sedang memukuli seekor ular. Karena tidak tega melihatnya, Rohib pun mempunyai ide yang sama dengan sebelumnya. Ia pun memberikan uang kepada orang-orang itu supaya berhenti memukulinya.
Ia pun kemudian melanjutkan perjalananya lagi. Dalam perjalanan itu, ia sadar bahwa uang perbekalan itu untuk modal berdagang. Namun, uangnya sudah habis ditengah perjalanan karena kasihan dengan binatang. Rohib pun bingung. Kalau ia kembali ke istana pasti mati. Kalau berjalan jauh, ia pun butuh perbekalan yang cukup. Akhirnya, ia memutuskan untu beristirahat di sebuah pohon besar.
Rohib pun menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba ada seekor ular yang menghampirinya. Rohib pun bertambah takut.
Ilustrasi Kisah Mentiko Betuah |
"Wahai anak muda! Jangan takut. Aku tidak akan memangsamu," kata seekor ular.
Ketakutan Rohib kini berubah menjadi rasa penasaran. Sebab, ada seekor ular yang bisa bicara dengannya.
"Hai ular! siapa kamu sebenarnya. Kenapa kamu bisa berbicara denganku?" tanya Rohib.
"Aku adalah raja ular di hutan ini. Kamu sendiri siapa? Mengapa kamu bersedih?"
Kemudian Rohib pun menceritakan siapa dirinya dan mengapa dia sampai bersedih. Mendengar cerita itu, raja ular pun mengatakan, "Rahib, kamu memang anak yang baik. Karena kamu telah berjasa melindungi teman-temanku di hutan ini, aku akan memberimu hadiah sebagai tanda terimakasihku."
Raja ular pun memberi Rohib sebuah hadiah ajaib bernama Mentiko Betuah. Hadiah itu dapat mengabulkan permintan Rohib.
"Hebat sekali hadiah ini. Kalau begitu, hadiah ini bisa meredam amarah ayahku," gumam Rohib dalam hati.
Dengan membawa hadiah ajaib itu, Rohib pun berani kembali ke istana menghadap sang ayah. Ketika dalam perjalanan pulang, Rohib pun berpikir untuk meminta uang yang banyak sebagai hasil dari perdagangnya. Ia pun mengucapkannya kepada Mentiko Betuah. Alhasil, Rohib pun mendapat uang yang banyak.
Ketika sampai di istana, Rohib pun langsung menuju sang ayah. Rohib pun bercerita mengenai perdagangannya yang sukses dan menghasilkan banyak uang. Ayahnya pun sangat gembira mendengar cerita itu. Ia pun terbebas dari hukuman gantung dari sang ayah.
Setelah itu, Rohib pun kembali ke kamar pribainya yang dulu. Ia berpikir bagaimana menyembunyikan Mentiko Betuah. Ia pun menemukan cara, yakni menjadikan mentiko betuah sebagai sebuah cincin. Ia pun segara pergi ke tukang emas. Sayangnya tukang emas itu menipunya dan membawa lari Mentiko Betuah.
Karena Rohib bersahabat dengan hewan-hewan, ia kemudian meminta bantuan kepada mereka untuk mencari Mentiko Betuah yang dibawa lari oleh tukang emas itu. Anjing, Kucing, dan Tikus bersedia menolong Rohib. Dengan cepat, mereka pun berhasil menemukan tukang emas itu yang sedang beristirahat di tepi sungai. Tapi, tukang emas itu menaruh Mentiko Betuah di dalam mulutnya.
Si Anjing, Kucing dan Tikus pun berpikir. Ketika tengah malam si tukang emas tidur, si tikus memasukkan ekornya ke dalam mulut tukang emas. Tukang emas itu pun bersin, sehinga Mentiko Betuah yang ada di mulutnya keluar. Si tikus pun segera mengambil hadiah ajaib itu tanpa sepengetahuan Anjing dan Kucing. Si Tikus mengatakan bahwa Mentiko Betuah telah terjatuh ke dalam sungai.
Pada saat si Anjing dan Kucing mencarinya, si Tikus dengan licik menghadap Rohib. Ia segera mengeluarkan Mentiko Betuah dari mulutnya. Si Anjing dan Kucing yang menghadap Rohib pun merasa bersalah karena tidak mampu menolongnya. Namun Rohib menceritakan bahwa si Tikus telah menemukannya. Si Kucing dan Anjing pun tahu bahwa Si Tikus sangat licik. Merekapun bermusuhan sampai saat ini.
Nah, adik-adik! Dari dongeng ini pelajaran apa yang kamu dapatkan?
KOMEN YA!
Komentar
Posting Komentar