Langsung ke konten utama

Kisah Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang

Sunan Kalijaga adalah putra Arya Wilatikta (adipati Tuban). Dia lahir kira-kira tahun 1450 Masehi. Namanya waktu kecil adalah Raden Said. Sejak kecil Raden Said dikenal sebagai orang yang pemberani. Dia juga sangat peduli kepada orang lain yang lemah dan tidak berdaya. Raden Said tidak suka melihat pejabat-pejabat anak buah ayahnya yang suka berfoya-foya. Dia juga sangat benci kepada orang-orang kaya yang pelit.
 

“Pejabat-pejabat itu enak. Setiap hari makan makanan yang lezat. Tapi, rakyatnya malah dibiarkan sengsara,” kata Raden Said dalam hatinya.
 

Karena merasa kasihan kepada rakyat yang miskin, suatu malam Raden Said pergi menyelinap ke dalam gudang ayahnya. Dengan diam-diam dia mengambil beras dan membagikannya kepada orang-orang miskin yang ada di desanya. Tidak hanya itu, Raden Said juga sering mencuri harta milik orang kaya yang pelit dan sombong. Namun, harta yang dicuri itu tidak dia makan, melainkan diberikan kepada orang yang kelaparan.
 

Suatu malam, Raden Said ketangkap pada waktu mau mencuri. Orang-orang terkejut karena pencurinya ternyata Raden Said, anak Adipati Arya Wilatikta.
 

“Kamu bikin malu keluarga saja. Kenapa kamu mencuri? Apakah kamu kekurangan selama ini?” kata ayah Raden Said.
 

“Aku mencuri bukan untuk aku makan ayah. Aku mencuri untuk diberikan kepada orang-orang miskin yang menderita itu,” jawab Raden Said.
 

“Niatmu benar. Tapi caramu salah. Kamu sudah membuat ayah malu. Sekarang kamu pergi dari sini,” kata Arya Wilatikta. Raden Said pun diusir dari rumahnya. Dia pergi mengembara. Sesampainya di hutan, Raden Said melihat orang tua yang sedang berjalan. Orang itu membawa sebilah tongkat.
 

“Wah! Orang tua itu kaya sekali. Dia membawa tongkat emas. Akan aku minta tongkatnya lalu aku berikan kepada orang-orang yang kekurangan,” kata Raden Said dalam hati. Setelah itu, dia kemudian menghadang orang tua yang membawa tongkat emas tadi.
 

“Hai kakek. Berikan tongkatmu,” kata Raden Said.
 

“Untuk apa kau minta tongkatku, Nak?” tanya orang tua itu.
 

“Tongkatmu itu tongkat emas. Aku akan menjualnya. Dan uangnya akan aku berikan kepada orang-orang yang miskin.”
 

“Jangan kau ambil tongkatku, Nak. Kau ambil saja buah yang di sana. Itu semua buah emas,” kata orang tua itu sambil menunjuk ke atas sebuah pohon yang buahnya terlihat emas semua.
 

Raden Said terkejut. Ia kemudian memanjat pohon yang ditunjuk orang tua tadi. Sayangnya, sebelum Raden Said berhasil mengambil buah yang kelihatan seperti emas itu, Raden Said terjatuh. Ketika dilihat, orang tua tadi sudah pergi. Raden Said mengejar orang tua yang bawa tongkat itu hingga ke sebuah sungai. Raden Said kaget karena orang tua tadi bisa berjalan di atas sungai seperti berjalan di atas daratan.
 

“Wah, orang tua itu pasti orang yang sakti,” kata Raden Said. Dia kemudian terus menyusul orang tua tadi dan berniat berguru kepadanya. Setelah bertemu, Raden Said pun berkata,
 

“Maafkan aku. Aku ingin berguru kepadamu. Namaku Raden Said,” kata Raden Said memperkenalkan diri.
 

Orang tua yang tidak lain adalah Sunan Bonang itu tersenyum.
 

“Ada syaratnya kalau kamu mau berguru kepadaku,” jawab Sunan Bonang.
 

“Apa syaratnya?”
 

“Kau harus menjaga tongkatku ini,” kata Sunan Bonang sambil menancapkan tongkatnya di pinggir sungai itu. “Kau tidak boleh mengubah letak tongkat ini sampai aku datang kembali.”
 

Raden Said pun bersedia. Dia kemudian menjaga tongkat Sunan Bonang di tapi sungai itu sampai sekian tahun lamanya. Karena itulah dia disebut Sunan Kalijaga. Artinya orang yang menjaga tongkat di tepi sungai.
 

Dari kisah ini, kita bisa belajar bahwa kita harus peduli kepada orang lain. Tetapi kepedulian kita harus ditunjukkan dengan cara yang baik.

Ilustrasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa sih Hadas dan Najis Itu?

Ilustrasi Tahukah kalian apa itu hadas? Hadas adalah suatu keadaan tidak suci yang tidak dapat dilihat, tetapi wajib disucikan untuk sahnya ibadah, terutama salat, baik itu wajib maupun sunah. Maka dari itu, jika kamu hendak salat, maka jangan lupa untuk bersuci dulu. Sebab, jika kamu berhadas, maka salat mu tidak sah. Ingat-ingat ya, sebelum salat sucikanlah dirimu dari hadas. Hadas itu terdiri dari dua jenis, yaitu hadas kecil dan hadas besar. Apa sih hadas kecil dan hadas besar itu? Yuk, baca pengertiannya di bawah ini. Hadas Kecil Hadas kecil adalah keadaan tidak suci yang disebabkan karena mengeluarkan sesuatu dari dubur dan kubul, seperti; Buang angin Buang air besar Buang air kecil Mengeluarkan madzi Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan, Tersentuh kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Ketika kamu berhadas kecil, ada beberapa hal yang tidak boleh kamu lakukan, yaitu: Menunaikan salat Tawaf di Kakbah Menyentuh Alquran Bagaimana cara kamu me...

Kisah Sunan Gunung Jati

Nama Sunan Gunung Jati adalah Syarif Hidayatullah. Ayahnya bernama Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda. Sejak kecil, Syarif Hidayatullah sudah belajar ilmu agama. Dia anak yang tekun, ramah dan peduli kepada orang lain. Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam di Cirebon, Pasundan dan Priangan. Sunan Gunung Jati meninggal pada tahun 1568 Masehi dan dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati. Ilustrasi Konon pada suatu malam, Sunan Gunung Jati ingin melaksanakan salat tahajjud di rumahnya. Namun, dia merasa kalau hatinya tidak bisa khusyuk. Padahal sebelumnya dia bisa melakukan salat tahajjud dengan sangat khusyuk. “Ada apa ini. Kenapa malam ini aku tidak bisa khusyuk?” tanya Sunan Gunung Jati dalam hati. Dicobanya lagi mengucap takbir, tapi lagi-lagi hatinya tidak bisa khusyuk. “Mungkin aku salat di masjid saja. Sebaiknya aku pergi ke masjid. Siapa tahu bisa khusyuk.” Kemudian, Sunan Gunung Jati pergi ke masjid. Sesampainya di masjid, hatinya masih juga belum khusyuk...

Kisah Kejujuran Seorang Pemuda Penggembala Kambing

Pada zaman dahulu, ketika Sayyidina Umar bin Khattab sedang mengadakan perjalanan dari Madinah ke Mekkah. Di tengah perjalanan ia melihat seorang pemuda yang sedang menggembala kambing dalam jumlah yang sangat banyak.   Khalifah Umar lalu mendekati pemuda itu dan mengutarakan niatnya untuk membeli seekor kambing.   “Wahai anak muda! Bolehkah aku membeli seekor kambing yang sedang engkau gembala?” tanya Sayyidina Umar.   “Saya ini hanya seorang budak, Tuan. Saya tidak memiliki kewenangan untuk menjual kambing ini. Semua kambing ini milik majikan saya,” jawab si penggembala dengan jujur.   “Meskipun kambing ini milik majikanmu, kalau saya beli satu pasti majikanmu tidak akan tahu. Nanti kamu ceritakan kepadanya bahwa kambing yang kamu gembala dimakan macan satu ekor,” ujar Sayyidina Umar menguji kejujuran pemuda itu.   Mendengar ajakan itu, pemuda itu memandang Sayyidina Umar sejenak. Si pemuda itu pun berkata, “Apa yang tuan katakan memang benar. Jika kambin...

Kisah Sunan Giri dan Begawan Minto Semeru

Sunan Giri merupakan putra Maulana Ishak. Dia juga keponakan Maulana Malik Ibrahim. Nama kecil Sunan Giri adalah Raden Paku atau Muhammad Ainul Yaqin. Sunan Giri lahir di Blambangan (Banyuwangi) pada tahun 1442 Masehi. Sejak kecil Sunan Giri belajar kepada Sunan Ampel. Setelah menimba banyak ilmu, Sunan Giri ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam. Sunan Giri kemudian mendirikan pesantren di sebuah daerah perbukitan yang ada di desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit itu disebut ‘Giri’. Itulah sebabnya Raden Paku atau Muhammad Ainul Yaqin dijuluki Sunan Giri. Sunan Giri tidak hanya pandai. Tapi beliau juga memiliki karomah (kekuatan) yang diberikan langsung oleh Allah kepadanya. Konon, setelah mendirikan pesantren, nama Sunan Giri semakin terkenal. Nama Sunan Giri juga didengar oleh Begawan Minto Semeru yang mempunyai Padepokan. Di padepokan itulah Begawan Minto Semeru melatih murid-muridnya dengan ilmu kesaktian. “Aku tidak mau ada menyaingiku. Aku akan pergi m...

Al-Farabi: Ilmuwan dan Filsuf Islam Terkemuka

Kalian pernah mendengar nama Al-Farabi belum? Sekarang kakak akan bercerita tentang beliau. Tolong di simak ya: Al-Farabi merupakan seorang ilmuwan muslim terkemuka. Ia memiliki seorang ayah berdarah Persia dan ibu berdarah Turki. Nama aslinya yaitu Abu Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Farabi. Selain itu, nama lain yang dikenal oleh orang Barat ialah Alpharabius atau Farabi. Al-Farabi dulu suka mempelajari Al-Quran, tata bahasa, kesusasteraan, ilmu-ilmu agama, dan aritmatika dasar. Di bukhara, ia juga belajar tentang musik. Kemudian mengembara ke Baghdad selama 10 tahun untuk menuntut ilmu. Setelah dari Baghdad, ia mengembara lagi ke Kota Harran - Syiria sebelah utara. Pada waktu itu, di sana menjadi pusat kebudayaan Yunani. Al-Farabi di sana belajar tentang filsafat. Setelah itu, ia pergi ke Damaskus. Pada usia 80 tahun ia wafat. Buah Pemikiran Al-Farabi Al-Farabi dikenal sebagai salah satu pemikir terkemuka abad pertengahan. Ketika masih hidup, Al-Farabi menghabiskan waktunya untuk me...