Langsung ke konten utama

Kisah Nabi Luth As

Nabi Luth merupakan keponakan Nabi Ibrahim. Ayahnya bernama Hasan bin Tareh. Nabi Luth diutus Allah untuk Kaum Sodom di Yordania. Kaum Sodom adalah kaum yang jahat. Mereka suka merampok. Bila mereka melihat ada orang asing yang membawa harta benda, mereka akan merampasnya. Bahkan mereka tidak segan-segan membunuh.

Selain suka mencuri, merampok dan membunuh, Kaum Sodom juga berakhlak buruk. Mereka tidak mau kawin dengan lawan jenis. Mereka menyukai sesama jenis. Laki-laki Kaum Sodom senang kalau ada orang asing berwajah tampan. Yang perempuan juga senang kalau melihat wanita cantik. Mereka akan bersaing dan berebutan. Bahkan tidak jarang mereka saling membunuh satu sama lain. Karena itulah Allah Swt. mengutus Nabi Luth untuk mengingatkan mereka.

“Wahai kaumku!” kata Nabi Luth. “Sesungguhnya aku melihat kalian telah melakukan perbuatan yang buruk. Bertobatlah kepada Allah. Sembahlah Dia.”

Setiap hari Nabi Luth selalu mendatangi kaumnya. Mereka diajak untuk beriman kepada Allah, beribadah kepada-Nya serta meninggalkan kemaksiatan.

“Wahai kaumku! Janganlah kalian suka merampok dan membunuh. Takutlah kepada Allah. Siapa yang beriman kepada-Nya, dia akan selamat. Siapa yang ingkar, dia akan disiksa.”

Meski Nabi Luth selalu mengingatkan mereka, namun hanya sedikit yang mau mengikuti ajakannya.

“Hai, Luth! Kami kesal mendengar ucapanmu. Kenapa kamu melarang kami melakukan apa yang kami sukai?”

“Karena itu adalah larangan Allah,” jawab Nabi Luth.

“Apa kau disuruh Allah untuk berkata begitu?”

“Allah memang mengutusku untuk mengingatkan kalian.”

Jawaban Nabi Luth membuat Kaum Sodom tertawa-tawa. Mereka mengira Nabi Luth hanya mengada-ada. Bahkan, mereka menganggap Nabi Luth sebagai orang yang kurang waras.

“Hai Luth. Pergilah dari kampung Sodom ini. Kami tak akan berhenti melakukan apa yang kami sukai. Kami tidak takut siksaan tuhanmu itu. Segera datangkan siksanya kalau kamu memang pesuruh tuhan.”

Begitulah Kaum Sodom. Mereka bukannya takut, malah menantang siksa Allah. Karena sudah diusir, bahkan diancam akan dibunuh, Nabi Luth akhirnya pasrah kepada Allah.
Melihat kejahatan Kaum Sodom, Allah kemudian hendak mengirimkan azab-Nya. Sebelum itu, Allah mengutus dua malaikat yang menyamar menjadi dua pemuda tampan. Dua malaikat itu diutus untuk mendatangi Nabi Luth.

Betapa terkejutnya Nabi Luth karena mengetahui bahwa tamunya adalah dua pemuda yang tampan. Nabi Luth khawatir. Kalau kaumnya tahu bahwa di rumahnya ada tamu dua orang pemuda tampan, pasti mereka akan mengganggunya.

“Jangan beritahu siapapun tentang tamuku itu,” perintah Nabi Luth kepada istrinya. Namun, ternyata istri Nabi Luth berkhianat. Dia memberitahukan bahwa di rumahnya ada dua orang pemuda yang sangat tampan. Maka pada suatu malam, datanglah kaum Nabi Luth ke rumahnya.

“Wahai Luth. Serahkan dua pemuda tampan itu pada kami,” teriak mereka sambil menggedor-gedor pintu rumah Nabi Luth. Nabi Luth sedih.

“Maafkan saya, tuan” kata Nabi Luth kepada kedua tamunya.

“Tidak apa-apa, wahai Luth! Buka saja pintunya. Biarkan mereka masuk. Sesungguhnya kami adalah malaikat yang diutus Allah untuk memberitahumu bahwa sebentar lagi kaummu akan ditimpa azab,” kata dua orang pemuda itu.

“Maha Suci Allah,” seru Nabi Luth setelah tahu siapa sebenarnya dua pemuda tampan itu.

“Sekarang, pergilah engkau bersama kaummu wahai Luth. Selama kalian pergi, jangan pernah menoleh kebelakang,” kata malaikat yang menyamar itu.

Nabi Luth pun segera membuka pintu rumahnya. Dia segera pergi bersama kaumnya yang beriman. Ikut pula istrinya yang telah berkhianat. Ketika pintu rumah Nabi Luth dibuka, maka berebutanlah mereka masuk ke dalam rumah Nabi Luth. Namun, ketika sudah sampai di dalam rumah, mereka tidak melihat apa-apa. Bahkan kedua mata mereka menjadi buta.

“Ada apa ini. Aku tidak bisa melihat,” teriak mereka ketakutan.

Nabi Luth terus berjalan dan mengingatkan agar kaum pengikutnya jangan ada yang menoleh ke belakang karena Allah akan menurunkan azab-Nya bagi mereka yang ingkar. Kaumnya yang beriman patuh. Tetapi istri Nabi Luth sendiri tidak percaya. Dia menoleh ke belakang dan pada saat itulah Kaum Sadum ditimpa bencana berupa gempa bumi yang hebat. Angin kencang menghempas disertai letusan gunung yang menyemburkan lahar panasnya. Seketika Kaum Sadum hancur dan istri Nabi Luth pun mati karena azab Allah tersebut.

Gambar Azab Bagi Kaum Sodom

Dari kisah Nabi Luth ini, kalian bisa dapatkan beberapa pelajaran penting, yaitu:

Pertama, jangan berkhianat seperti istrinya Nabi Luth. Sekalipun istri seorang nabi, tapi kalau berkhianat, Allah tetap akan memberinya hukuman.

Kedua, jangan suka berbuat maksiat. Sebab, perbuatan itu dikutuk oleh Allah baik di dunia dan di akhirat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Kejujuran Seorang Pemuda Penggembala Kambing

Pada zaman dahulu, ketika Sayyidina Umar bin Khattab sedang mengadakan perjalanan dari Madinah ke Mekkah. Di tengah perjalanan ia melihat seorang pemuda yang sedang menggembala kambing dalam jumlah yang sangat banyak.   Khalifah Umar lalu mendekati pemuda itu dan mengutarakan niatnya untuk membeli seekor kambing.   “Wahai anak muda! Bolehkah aku membeli seekor kambing yang sedang engkau gembala?” tanya Sayyidina Umar.   “Saya ini hanya seorang budak, Tuan. Saya tidak memiliki kewenangan untuk menjual kambing ini. Semua kambing ini milik majikan saya,” jawab si penggembala dengan jujur.   “Meskipun kambing ini milik majikanmu, kalau saya beli satu pasti majikanmu tidak akan tahu. Nanti kamu ceritakan kepadanya bahwa kambing yang kamu gembala dimakan macan satu ekor,” ujar Sayyidina Umar menguji kejujuran pemuda itu.   Mendengar ajakan itu, pemuda itu memandang Sayyidina Umar sejenak. Si pemuda itu pun berkata, “Apa yang tuan katakan memang benar. Jika kambin...

Kisah Nabi Yusuf As

Nabi Yusuf adalah putranya Nabi Ya’qub. Dia merupakan putra ketujuh dari dua belas orang bersaudara. Ibunya bernama Rahil. Diantara saudara-saudaranya yang lain, Nabi Yusuflah yang paling tampan. Tidak hanya tampan, dia juga berbadan tegap, ramah dan hormat kepada kedua orangtuanya. Tanda-tanda kenabian Nabi Yusuf sudah terlihat sejak kecil. Suatu hari, Nabi Yusuf menemui Nabi Ya’qub. “Ayah! Semalam aku bermimpi melihat matahari, bulan dan sebelas bintang. Mereka turun dari atas langit dan kemudian sujud kepadaku,” kata Nabi Yusuf.   Mendengar perkataan anaknya, Nabi Ya’qub merasa sangat gembira. Wajahnya berseri-seri. Dia tahu bahwa itu adalah tanda-tanda bahwa Nabi Yusuf kelak akan memperoleh kemuliaan. “Nak! Kamu jangan ceritakan mimpimu pada saudaramu yang lain. Sebab kalau mereka tahu, mereka akan berbuat jahat kepadamu. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia,” kata Nabi Ya’qub. Setelah mengetahui bahwa Nabi Yusuf akan memperoleh kemuliaan dari Allah...

Kisah Sunan Giri dan Begawan Minto Semeru

Sunan Giri merupakan putra Maulana Ishak. Dia juga keponakan Maulana Malik Ibrahim. Nama kecil Sunan Giri adalah Raden Paku atau Muhammad Ainul Yaqin. Sunan Giri lahir di Blambangan (Banyuwangi) pada tahun 1442 Masehi. Sejak kecil Sunan Giri belajar kepada Sunan Ampel. Setelah menimba banyak ilmu, Sunan Giri ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam. Sunan Giri kemudian mendirikan pesantren di sebuah daerah perbukitan yang ada di desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit itu disebut ‘Giri’. Itulah sebabnya Raden Paku atau Muhammad Ainul Yaqin dijuluki Sunan Giri. Sunan Giri tidak hanya pandai. Tapi beliau juga memiliki karomah (kekuatan) yang diberikan langsung oleh Allah kepadanya. Konon, setelah mendirikan pesantren, nama Sunan Giri semakin terkenal. Nama Sunan Giri juga didengar oleh Begawan Minto Semeru yang mempunyai Padepokan. Di padepokan itulah Begawan Minto Semeru melatih murid-muridnya dengan ilmu kesaktian. “Aku tidak mau ada menyaingiku. Aku akan pergi m...

Kisah Sunan Bonang

Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel. Ia lahir di Bonang (Tuban) kira-kira pada tahun 1465 Masehi. Nama kecil Sunan Bonang adalah Raden Makdum atau Maulana Makdum.  Sejak kecil, Radem Makdum sudah rajin belajar ilmu agama kepada ayahnya. Dia juga disiplin. Raden Makdum pernah belajar di Aceh kepada ayah Sunan Giri. Ketika di Aceh, Raden Makdum berteman akrab dengan Sunan Giri. Setelah menimba ilmu, Raden Makdum diperintah oleh ayahnya (Sunan Ampel) untuk mengajarkan Islam kepada penduduk Tuban, Pati, Maduran dan Pulau Bawean. Raden Makdum disebut Sunan Bonang karena ketika mengajarkan Islam, dia menggunakan Bonang. Bonang itu adalah alat musik gamelan yang terbuat dari kuningan. Raden Makdum pandai memainkan alat music itu sehingga ketika dia memainkan alat music Bonangnya di masjid, orang-orang jadi tertarik untuk datang ke masjid dan belajar Islam kepadanya.  Bahkan Raden Makdum mampu mengalahkan para perampok dan penjahat hanya dengan memainkan alat musik Bonangnya...

Kisah Nabi Idris As

Nabi Idris dilahirkan di Kota Babylonia (Irak). Tapi, ada juga yang mengatakan kalau Nabi Idris lahir di Mesir. Ia merupakan keturunan keenam dari Nabi Adam. Ayahnya bernama Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy bin Syits bin Adam As. Ia diutus oleh Allah Swt. untuk berdakwah kepada kaum Bani Qabil dan Memphis.   Konon, nama kecil Nabi Idris adalah Khanukh. Karena sejak kecil senang belajar, ia kemudian diberi nama Idris. Sejak kecil, Nabi Idris menghabiskan banyak waktunya untuk membaca lembaran-lembaran mushaf yang ditinggalkan oleh moyangnya, yakni Nabi Adam dan Nabi Syits. Selain itu, ia juga mempelajari ilmu-ilmu lain seperti ilmu menulis (kaligrafi), ilmu perbintangan (astronomi), dan ilmu hitung (matematika).   Oleh karena itu, sejak kecil Nabi Idris sudah dikenal sebagai anak muda yang pandai dan cerdas. Selain itu, ia juga merupakan orang yang taat kepada Allah Swt. Ia percaya sepenuh hati bahwa Allah itu Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Nah, sekarang buka d...