Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

Kisah Nabi Yunus As dan Penduduk Ninawa

Nabi Yunus merupakan seorang nabi yang diutus oleh Allah Swt. untuk berdakwah pada sebuah kaum yang bernama kaum Ninawa. Nabi Yunus sendiri bukan penduduk Ninawa. Tetapi beliau adalah seorang pendatang di sana. Penduduk Ninawa adalah penduduk yang tidak menyembah Allah. Mereka menyembah patung-patung dan menganggap bahwa patung-patung itu adalah tuhan mereka. Kepada penduduk Ninawa ini, Nabi Yunus mengingatkan agar mereka berhenti menyembah patung dan kemudian menyembah Allah Swt. “Wahai kaum Ninawa! Ketahuilah bahwa patung yang kalian sembah itu bukanlah tuhan. Sembahlah Allah yang telah menciptakan kita semua,” kata Nabi Yunus. Tetapi, karena mereka tidak mengenal Nabi Yunus dan menganggapnya sebagai orang asing, tidak ada diantara mereka yang mau mendengarkan perkataan Nabi Yunus. “Hai, siapa engkau? Kenapa engkau berani-berani melarang kami?” tanya mereka. “Aku adalah Yunus. Yunus bin Matta. Aku berasal dari daerah yang jauh. Aku diutus oleh Allah untuk mengingatkan kalia

Kisah Kehebatan Sunan Drajat

Ilustrasi Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel. Dia adalah saudaranya Sunan Bonang. Nama kecil Sunan Drajat adalah Raden Qosim. Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi.  Sunan Drajat diperintah oleh Sunan Ampel untuk berdakwah di pesisir Gresik. Ketika sedang menuju pesisir Gresik dengan mengendarai perahu, ternyata perahunya terdampar di daerah Dusun Jelog, pesisir Banjarwati atau sekarang disebut Lamongan. Namun, Sunan Drajat kemudian pindah menuju daerah Drajat dan mendirikan pesantren di sana.  Di pesantrennya, Sunan Drajat banyak menampung anak-anak yatim dan fakir miskin. Mereka semua diajari ilmu agama dan kesenian. Sunan Drajat tidak hanya dikenal sebagai orang yang pandai. Tapi juga dikenal sebagai orang yang ramah, bersahaja dan suka menolong orang lain yang sedang kesusahan. Konon, ketika Sunan Drajat hendak mendirikan pesantren di daerah perbukitan, banyak warga pengikutnya yang merasa takut. Sebab perbukitan itu dulunya merupakan tempat yang diang

Kisah Nabi Syu’aib As dan Kaum Madyan

Nabi Syu’aib diutus oleh Allah Swt. untuk berdakwah di negeri Madyan. Penduduk Madyan adalah orang-orang yang menyembah berhala. Mereka membuat banyak patung-patung dan kemudian disembah. Selain itu, kaum Madyan adalah orang-orang yang sangat kaya. Tetapi mereka mendapatkan kekayaannya dengan cara menipu. Kalau mereka menimbang barang yang diperjual-belikan, mereka selalu mengurangi takarannya sehingga orang lain menjadi rugi. Karena itu, Allah Swt. kemudian mengutus Nabi Syu’aib untuk mengingatkan kaumnya, kaum Madyan yang melanggar itu. “Wahai kaumku! Kenapa kamu menyembah patung-patung yang banyak itu. Apa mereka bisa membantu kalian?” tanya Nabi Syu’aib. “Patung-patung itu adalah tuhan kami. Mereka yang telah membantu kami, memberi kami rezeki yang banyak sehingga kami menjadi kaya seperti ini,” jawab mereka. “Kalian salah. Kalian telah tersesat. Coba lihat patung-patung yang kalian sembah itu. Jangankan membantu kalian, mengurus diri sendiri saja mereka tidak mampu. Maka

Kisah Dakwah Sunan Kudus

Sunan Kudus adalah keponakan Sunan Bonang. Ayahnya bernama Sunan Ngudung dan ibunya bernama Syarifah (adik Sunan Bonang). Nama kecil Sunan Kudus adalah Ja’far Shodiq. Sunan Kudus banyak berguru kepada Sunan Kalijaga. Setelah banyak menimba ilmu, Sunan Kudus akhirnya berdakwah mengajarkan agama Islam kepada warga yang ada di daerah Jawa Tengah seperti Sragen, Simo, Kudus hingga Gunung Kidul. Sunan Kudus dikenal sebagai orang yang pandai, ramah dan toleran. Saat mengajarkan agama Islam, Sunan Kudus menggunakan cara yang ramah, tidak memaksa namun juga tegas. Karena itu banyak orang yang bersimpati kepadanya.  Konon, ketika Ja’far Shodiq mau menyebarkan agama Islam di daerah Kudus, banyak warga di sana yang masih menganut agama Hindu dan Budha. Sunan Kudus tahu bahwa warga yang beragama Hindu sangat memuliakan binatang. Di antaranya adalah sapi. Itulah sebabnya kenapa penganut Hindu tidak mau makan daging sapi. Sebagian warga Kudus saat ini masih ada yang tidak mau makan daging sapi.

Kisah Nabi Dzulkifli As

Dulu, di sebuah daerah bernama Rum, ada seorang raja yang sudah sangat tua. Raja itu merasa tidak sanggup lagi memimpin. Dia juga merasa kalau tidak lama lagi dia akan meninggal dunia. Kemudian sang raja ingin mencari siapa di antara rakyatnya yang bisa menjadi pengganti dirinya kelak.   Suatu hari, semua rakyat Rum dikumpulkan oleh sang Raja.   “Wahai rakyatku! Hari ini aku akan mengumumkan sesuatu yang sangat penting. Kalian semua tahu bahwa aku tak memiliki keturunan. Karena itu, aku akan membuat sayembara. Siapa yang berhasil melakukan sayembara ini, maka aku akan mengangkatnya menjadi penggantiku,” kata raja.   Rakyat Rum pun merasa tertarik. Mereka semua ingin mengikuti sayembara yang akan dilakukan oleh raja.   “Apa sayembaranya wahai raja?” tanya mereka.   “Siapa di antara kalian yang mampu berpuasa di siang hari, beribadah di malam hari dan mampu menahan amarah, maka dia akan saya angkat sebagai penggantiku,” kata sang raja.   Mendengar perkataan raja, rakyat Rum terdiam

Kisah Sunan Muria dan Dewi Roroyono

Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga. Ia lahir di sebuah daerah dekat lereng Gunung Muria, utara kota Kudus. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Sunan Muria banyak belajar ilmu agama kepada ayahnya. Setelah banyak menimba ilmu, Sunan Muria kemudian ditugaskan oleh ayahnya untuk berdakwah mengajarkan agama Islam di daerah Jepara, Tayu, Juana, Kudus dan Pati.   Sunan Muria lebih senang tinggal di daerah terpencil. Dia adalah orang yang ramah dan gampang bergaul dengan masyarakat. Sunan Muria tidak hanya pandai ilmu agama. Dia juga pandai bercocok tanam, berdagang dan melaut. Banyak warga yang diajari cara bertanam, berdagang dan juga melaut oleh beliau, di samping juga diajari ilmu agama.   Konon, Sunan Muria berguru kepada Sunan Ngerang. Pada suatu waktu, Sunan Muria diundang menghadiri acara syukuran ulang tahun puteri gurunya yang bernama Dewi Roroyono. Setelah para tamu berkumpul, Sunan Ngerang memerintahkan puterinya itu keluar menghidangkan makanan. Orang yang hadir semuanya t

Kisah Timun Emas dan Raksasa

Pada zaman dahulu, tinggallah seorang janda tua di sebuah desa yang terpencil. Namanya Mbok Sarni. Di rumah yang sederhananya, Mbok Sarni menghabiskan masa tuanya seorang diri. Ia belum dikaruniai seorang anak ketika suaminya masih ada. Mbok Sarni sebenarnya berharap mempunyai seorang anak, untuk mengusir rasa sepinya. Selain itu, ia juga mempunyai teman untuk membantu kerjanya. Suatu hari, Mbok Sarni kehabisan kayu bakar. Ia pun pergi ke sebuah hutan untuk mencari dan mengumpulkan kayu bakar. Di tengah-tengah perjalanannya, Mbok Sarni bertemu dengan sosok yang sangat besar, yakni raksasa. “Hai wanita tua! Kamu mau ke mana?” tanya si Raksasa kepada Mbok Sarni. “Aku hanya ingin mencari dan mengumpulkan kayu bakar. Tolong jangan ganggu aku,” jawab Mbok Sarni dengan rasa takut. “Wahahaha...., kamu boleh saja mencari dan mengumpulkan kayu bakar di hutan ini. Tapi kamu harus memberiku seorang anak.” “Bagaimana aku memberimu seorang anak? Aku belum dikaruniainya.” “Wohohoho....,

Kisah Nabi Ayyub As

Nabi Ayyub adalah seorang nabi yang sangat sabar. Di samping itu, beliau juga termasuk seorang nabi yang sangat kaya, binatang ternaknya berlimpah dan anak-anaknya banyak. Meski begitu, Nabi Ayyub tetap rendah hati. Harta kekayaannya tidak menjadikan Nabi Ayyub sombong dan lupa diri untuk taat beribadah kepada Allah Swt. “Ayyub itu benar-benar manusia yang hebat,” kata orang-orang yang mengetahui Nabi Ayyub. “Kamu benar. Dia sangat kaya. Tapi tidak sombong. Ibadahnya juga rajin dan suka membantu orang lain yang kesulitan,” kata yang lain. “Dia juga sangat sabar dan pandai bersyukur.” Kebaikan dan kesalehan Nabi Ayyub menjadi buah bibir orang-orang di sekitar beliau. Mereka memuji Nabi Ayyub sebagai orang yang saleh. Mendengar itu, iblis merasa terganggu dan berniat menggoda Nabi Ayyub. “Ini tidak bisa dibiarkan. Orang-orang banyak yang memuji Ayyub. Kita sebaiknya goda Ayyub agar dia menjauh dari Allah,” kata para iblis. Kemudian iblis mulai melancarkan rencananya. Pertama-ta

Imam Syafi’i yang Tekun Belajar

Ilustrasi Imam Syafi’i merupakan salah satu ulama yang sangat cerdas. Berbagai kondisi yang berat tidak melemahkan semangatnya untuk menuntut ilmu. Ia sempat tidak mampu membeli kertas dan pena karena tidak punya uang. Padahal, ia hendak menulis banyak hadis. Akhirnya, ia pun memanfaatkan tulang binatang untuk tempat menulisnya. Beliau belajar kepada banyak guru, di antaranya adalah Imam Malik bin Anas di Madinah. Pada suatu hari, Imam Syafi’i yang masih muda bersama dengan pelajar lain sedang mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Imam Malik. Teman-teman Imam Syafi’i tampak tekun mencatat apa yang disampaikan oleh Imam Malik. Sementara itu, Imam Syafi’i terlihat hanya mempermainkan jarinya di atas telapak tangannya. Setelah selesai pelajaran, Imam Malik memanggil Imam Syafi’i, “Hai Syafi’i! Aku perhatikan, engkau tidak mencatat 18 hadis yang aku bacakan tadi. Padahal semua temanmu mencatatnya.” “Wahai guru yang aku hormati! Aku belum memiliki kertas dan pena. Jadi, semua ha

Nasihat Rasulullah untuk Memuliakan Anak Yatim

Anak yatim merupakan seorang anak, baik laki-laki maupun perempuan, yang tidak mempunyai seorang ayah karena telah meninggal atau ada hal lain. Sementara ia belum akil balig (belum dewasa) sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dari pengertian tersebut, kita bisa mengetahui betapa lemah dan tidak berdaya anak yatim. Sebab, ia tidak mempunyai seorang ayah yang menafkahi dan memberikan perlindungan bagi dirinya. Oleh karena itu, setiap orang yang mengasuh atau menanggung keperluan anak yatim akan menempati kedudukan yang tinggi di surga bersama Rasulullah Saw. Sebagaimana sabda beliau yang telah diriwayatkan oleh Bukhari, Abu Daud, dan Tirmidzi, “Aku dan orang-orang yang  menanggung anak yatim, di surga seperti ini (beliau mengisyaratkan kedua jari telunjuknya dan jari tengah sambil membuka keduanya).” Hadis di atas menjelaskan betapa mulianya seseorang yang telah menyantuni anak yatim. Makna menyantuni berarti mengurusi dan menyediakan keperluan hidup mereka. De

Kisah Sunan Bonang

Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel. Ia lahir di Bonang (Tuban) kira-kira pada tahun 1465 Masehi. Nama kecil Sunan Bonang adalah Raden Makdum atau Maulana Makdum.  Sejak kecil, Radem Makdum sudah rajin belajar ilmu agama kepada ayahnya. Dia juga disiplin. Raden Makdum pernah belajar di Aceh kepada ayah Sunan Giri. Ketika di Aceh, Raden Makdum berteman akrab dengan Sunan Giri. Setelah menimba ilmu, Raden Makdum diperintah oleh ayahnya (Sunan Ampel) untuk mengajarkan Islam kepada penduduk Tuban, Pati, Maduran dan Pulau Bawean. Raden Makdum disebut Sunan Bonang karena ketika mengajarkan Islam, dia menggunakan Bonang. Bonang itu adalah alat musik gamelan yang terbuat dari kuningan. Raden Makdum pandai memainkan alat music itu sehingga ketika dia memainkan alat music Bonangnya di masjid, orang-orang jadi tertarik untuk datang ke masjid dan belajar Islam kepadanya.  Bahkan Raden Makdum mampu mengalahkan para perampok dan penjahat hanya dengan memainkan alat musik Bonangnya itu. Den

Kisah Nabi Yusuf As

Nabi Yusuf adalah putranya Nabi Ya’qub. Dia merupakan putra ketujuh dari dua belas orang bersaudara. Ibunya bernama Rahil. Diantara saudara-saudaranya yang lain, Nabi Yusuflah yang paling tampan. Tidak hanya tampan, dia juga berbadan tegap, ramah dan hormat kepada kedua orangtuanya. Tanda-tanda kenabian Nabi Yusuf sudah terlihat sejak kecil. Suatu hari, Nabi Yusuf menemui Nabi Ya’qub. “Ayah! Semalam aku bermimpi melihat matahari, bulan dan sebelas bintang. Mereka turun dari atas langit dan kemudian sujud kepadaku,” kata Nabi Yusuf.   Mendengar perkataan anaknya, Nabi Ya’qub merasa sangat gembira. Wajahnya berseri-seri. Dia tahu bahwa itu adalah tanda-tanda bahwa Nabi Yusuf kelak akan memperoleh kemuliaan. “Nak! Kamu jangan ceritakan mimpimu pada saudaramu yang lain. Sebab kalau mereka tahu, mereka akan berbuat jahat kepadamu. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia,” kata Nabi Ya’qub. Setelah mengetahui bahwa Nabi Yusuf akan memperoleh kemuliaan dari Allah, Na

Kisah Serigala yang Dapat Berbicara

Pada zaman dulu, ada seorang penggembala bernama Uhban bin Aus. Hampir setiap hari dirinya menggembala domba-domba. Penggembala tersebut tidak sadar bahwa dari kejauhan ada seekor serigala yang sudah mengamati domba-dombanya yang hendak di mangsa. Pada saat penggembala domba tersebut lengah, secara tiba-tiba dari semak-semak muncul serigala yang menyerang dan membawa lari seekor domba. Penggembala yang mendengar ada domba yang mengembik kesakitan lantas mengejarnya. Akhirnya domba itu pun dapat diselamatkan. Akan tetapi, penggembala domba itu terkejut. Seekor serigala itu mengatakan, “Hai penggembala, mengapa engkau menyelamatkan domba itu dariku?” “Dia itu dombaku.” “Lalu siapa yang akan menyelamatkannya pada hari saat datang binatang buas, pada hari itu tidak ada kamu kecuali aku?” Penggembala pun terdiam. Ia baru sadar, bahwa serigala itu dapat berbicara dengannya. Sementara serigala tersebut berkata lagi, “Kamu telah menghalangiku mendapat rezeki dari Allah.” Uhban lant

Peristiwa-Peristiwa Besar Menjelang Kelahiran Nabi Muhammad Saw

Nabi Muhammad Saw merupakan nabi sekaligus rasul terakhir. Ia mempunyai seorang ayah bernama Abdullah bin Abdul Muthalib dan Ibu bernama Aminah binti Wahb. Ketika Nabi lahir di Mekkah tahun 570 Masehi, ayah beliau sudah wafat. Jadi, ketika lahir, Nabi Muhammad Saw sebagai anak yatim.   Menjelang kelahiran Nabi Muhammad Saw, ada peristiwa-peristiwa besar terjadi. Apa saja peristiwa-peristiwa itu? Berikut kami jelaskan:   Serbuan Pasukan Gajah   Raja Abrahah yang non-muslim sangat kesal karena banyaknya orang yang datang berbondong-bondong mengunjungi Kakbah. Oleh karena itu, ia membangun gereja yang megah untuk menandingi Kakbah. Namun gereja yang dibangun tersebut diabaikan banyak orang. Raja Abrahah pun naik pitam sehingga memutuskan untuk menghancurkan Kakbah dengan balatentara gajah. Dalam perjalanan menuju Kakbah, pasukan gajah Raja Abrahah yang dipimpin oleh Panglima Abu Rughal diserang oleh banyak burung ababil dengan batu-batu panas. Akhirnya pasukan Raja Abrahah itu pun tewa

Kisah Nabi Ya'qub As

Nabi Ya’qub adalah putranya Nabi Ishaq. Dia dilahirkan di Palestina. Tapi kemudian dia pergi meninggalkan kampung halamannya menuju Irak. Nabi Ya’qub adalah orang yang sangat sabar, patuh kepada kedua orangtuanya dan taat beribadah. Karena itu, Nabi Ishaq sangat menyayanginya. Terutama ibunya Nabi Ishaq yang bernama Rifqah binti Azhar. Nabi Ya’qub punya saudara kembar. Namanya Ishu. Meskipun Nabi Ya’qub adalah saudara kembar Ishu, tapi ibunya lebih mencintai Ya’qub. Konon, Nabi Ishaq pernah memerintahkan kepada istrinya agar mengajak Ya’qub dan Ishu untuk didoakan. Tapi yang diajak oleh ibunya hanya Ya’qub. Sejak itulah Ishu tidak senang kepada Ya’qub. Setiap hari, Ishu selalu menunjukkan sikap tidak senangnya kepada Ya’qub. Karena itulah suatu hari Nabi Ishaq memanggil Ya’qub. “Ya’qub! Ayah sangat sedih melihat kamu tidak akur dengan saudara kembarmu,” kata Nabi Ishaq dengan lemah lembut. “Aku juga sedih, ayah. Tapi aku tidak tahu, bagaimana menghadapi Ishu,” jawab Ya’qub. “Mungkin Is